Siswiku Ternyata Istriku | Cerpen

Suasana sekolah ini ramai sekali. Maklum, Saya baru saja lulus kuliah dan ini hari pertama mengajar di salah satu SMK di Garut. Saya Agis, entah kenapa Saya sebagai tenaga baru langsung disuruh mengajar anak kelas XII yang tentu saja mereka lebih Indryterlihat dewasa dan hanya tinggal selangkah lagi untuk lulus sekolah. 

Tidak ada yang aneh selama Saya mengajar mereka. Ada yang centil, pendiam, pemarah, dan segala macam karakter siswa ada di Sekolah ini. Tapi semua itu tidak masalah, justru itu merupakan tugas seorang guru untuk menyatukan mereka semua dan ujung-ujungnya tetap harus bisa tercapai tujuan pendidikan di Indonesia.

Dilihat-lihat jumlah siswa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, makanya tidak sedikit di antara mereka yang menggoda Saya.

“Bapak jangan capek-capek ngajar ya biar enggak sakit!”

“Bapak kapan-kapan main ke Rumah aku ya, nanti aku kasih makanan yang banyak”

“Apa ada yang salah gituh waktu Saya mengajar di kelas? Apa Saya kurang tegas ya? Atau...... karena Saya ganteng ya?” Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di kepala Saya sambil senyum-senyum sendiri, beruntung tidak ada orang yang melihat, kalau ada bisa-bisa dicap guru gila. Sebagai manusia yang masih single, digoda-goda seperti itu ternyata menyenangkan juga. Tapi semua harus Saya abaikan dan dijadikan angin lalu saja karena menjaga profesionalitas guru. 

Setelah beberapa bulan mengajar akhirnya terlihatlah seorang siswa perempuan yang begitu cantik dan pintar, Indry namanya. Tiap Saya mengajar, Dia selalu memperhatikan. Tugas selalu dikerjakan. Hasil praktikum selalu yang paling bagus. Ujian pun nilainya selalu yang terbesar.

“Wah..wah..wahh keren nih Dia” ucap Saya dalam hati.

Menurut guru-guru yang lain Dia memang paling pintar se-Sekolah ini, rankingnya dari kelas X selalu nomor satu, prestasinya juga banyak yang telah dipersembahkan untuk Sekolah. Tak heran jika Dia begitu terkenal sebagai siswa teladan. 

Pada suatu ketika, Dia sedang mengikuti suatu lomba film pendek yang diselenggarakan tahunan oleh pemerintah setempat. Setiap saya masuk kelasnya, Dia selalu tidak ada karena dispen. Hati rasanya kok hambar. Meskipun saya tahu Dia dispen untuk mengikuti lomba, tapi tetap Saya mengabsen dan menanyakan kepada teman-temannya untuk mengobati rasa rindu di dada. 

“Indry?”

“Tidak hadir pak”

“Kenapa?”

“Masih dispen pak buat ikut lomba film pendek” 

“Ohhh...” ucap Saya meskipun sudah tahu.

Saat final lomba tersebut digelar, guru-guru diwajibkan hadir untuk memberikan semangat pada Dia. Saya pun pergi menghadiri lomba tersebut dan rasanya melihat Dia presentasi, hati ini berbunga bunga. Ketika guru lain sudah bosan menunggu hasil pengumuman, Saya tetap setia menunggu selain ingin tahu hasil perlombaan juga tidak ingin meninggalkan Dia sendirian di sana. 

Akhirnya dewan juri selesai merekap hasil perlombaan, perwakilannya maju ke depan dan siap mengumumkan juara 3 sampai 1. Semua deg-degan karena tentu saja juara menjadi tujuan. Saya pun sama, mereka yang lomba tetapi Saya yang keringat dinginnya. Juara 3 dimenangkan oleh sekolah lain, mereka bersorak. Juara 2 pun dimenangkan sekolah lain, dan mereka kembali bersorak dan terharu. Hingga saat juara 1 diumumkan ternyata. 

“Juara 1 Indry dari SMK 10” 

Saya tidak bisa meluapkan rasa senang hingga teriak sekencang-kencangnya tapi tidak terdengar jelas karena guru-guru lain pun sama berbahagia. Di depan, Indry sujud dan diberikan piala yang begitu tinggi oleh dewan juri. Sesi foto-pun dimulai, para tim dokumentasi dan wartawan memotret para juara satu, dua dan tiga, blitz camera pun menyala saling sahut menyahut. 

Turun dari panggung Dia disambut oleh guru-guru memberikan selamat, saya pun tidak ketinggalan menyalami tangan Dia yang sangat dingin, mungkin karena tegang. Tak lupa saya meminta berfoto berdua dengan sang juara Indry, beberapa foto terabadikan oleh kamera handphone saya. Tidak berpikir panjang hasil potretan itu Saya upload di instagram dan Saya beri caption “Bersama sang Juara Indry”. Tak terasa euforia kemenangan berlangsung hingga larut malam dan semua pulang ke rumah masing-masing.

Saat sampai di rumah, Saya cek handphone ada satu notifikasi instagram. Ternyata ada komentar dari Indry. Dia mengomentari foto kita berdua. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Saya meminta kami mengobrol pribadi di Whatsapp.

“Bapak, boleh Indry minta semua foto-fotonya yang sama Bapak?”

“Apa? Kamu mau foto Bapak? Atuh Bapak harus selfie dulu. Bentar ya!”

“Ih.. Bapak mah lucu, foto yang tadi pak yang Cuma kita berdua ajah”

“Ohhh, sebentar ya Bapak cari-cari dulu” Obrolan berlanjut sambil bercanda

Tak berselang lama Dia mengatakan sesuatu pada Saya

“Indry suka foto sama Bapak, soalnya Bapak ganteng, Indry seneng liatnya”

Sebagai guru yang masih single dan melihat kesempurnaan Dia di tambah pengakuannya yang suka dengan wajah ganteng Saya ini, sudah saatnya Saya memperjuangkan cinta yang sebenarnya dengan dia. Obrolan semakin intens, setiap update status kita saling mengomentari. Hingga tidak menyangka obrolan berlangsung selama berbulan-bulan tanpa henti. Kegiatan-kegiatan sekolah pun sudah banyak terlewati. Hingga saat selesai ujian nasional tiba, Saya merasa ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaan cinta yang begitu menggebu-gebu ini kepada siswiku. 

“Indry, sebenarnya Bapak suka sama kamu sejak dulu, kamu adalah Cinta pertama Bapak. Maukan kamu menjadi pendamping hidup Bapak untuk selama-lamanya?” Ucap Saya sambil sedikit terbata-bata. Tanpa disangka Dia menjawab langsung pertanyaan Saya itu.

“Bapak, Indry juga suka Bapak sejak dulu, Bapak juga adalah cinta pertama Indry. Tapi semua Indry pendam karena malu sama status kita, Bapak adalah guru yang hebat sementara Indry hanyalah siswa yang masih kecil. Tapi Indry tidak mau pacaran sama Bapak. Indry ingin langsung menikah sama Bapak. Jika Bapak menghendaki, datangilah orang tua Indry di rumah” 

Hati yang sangat berbahagia ini sudah tidak bisa Saya tahan lagi, segera setelah itu saya beritahukan orang tua Saya bahwa Saya ingin menikah dengan siswiku yang sebentar lagi lulus sekolah. Orang tua Saya begitu mendukung tanpa menghalang-halangi. Hari kelulusan tiba dan Dia telah dinyatakan lulus sekolah, esok harinya Saya bersama keluarga mendatangi rumahnya. Melamar siswiku yang begitu berharga. Begitu beruntungnya Saya, tidak ada hambatan selama lamaran tiba, dan kami diberikan waktu 1 tahun untuk sampai ke acara pernikahan. Bagi Saya itu tidak masalah karena Dia pun sambil meniti karier bekerja di salah satu BUMN.

Tidak terasa waktu satu tahun telah kami tunggu dengan bijak sambil menabung untuk masa depan kami. Pernikahan pun digelar dengan begitu sakral. Teman-temannya ketika salaman selalu meledek.

“Gak nyangka kamu nikah sama Pak Agis, jagoan kalian merahasiakannya” temannya sambil tertawa. 

Menjadi Ratu dan Raja sehari memang menyenangkan, dan kini kami menjadi keluarga yang bahagia dan mulai mencoba merencanakan untuk mempunyai momongan. I Love You Indry. 


Siswiku Ternyata Istriku | Cerpen Siswiku Ternyata Istriku | Cerpen Reviewed by Agis Sofyan Nulhakim on 17.42 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.